Lanjutannya yaaa, semangat terus bacanya :D
II. Muaqqotan (Sementara/Sesuai keperluan)
1. Menyambut Gembira
Tanggung Jawab dan Kewajiban orangtua untuk menyambut gembira setiap anak yang lahir, apakah dia laki2 dan perempuan, apapun warna kulit, dsb (dikaitkan lagi dengan hakikat anak sebagai busyra yakni kabar gembira).
Termasuk dalam situasi2 semasa hidupnya, dalam prestasinya, amal2 kebaikannya, dsb.Tolak ukur kebaikan adalah yang sesuai dengan kebaikan dalam Islam.
Co Ust Jalal:
Bagi Abi nilai kebaikan terpenting dalam proses belajar adalah anak berusaha belajar.. hasil mah urusan Allah... anak2 tidak harus rangking.. alhamdulillah sekarang semuanya dalam keadaan baik2, semuanya penghafal Al Quran (cat: anak beliau ada 7), maka kita menyambut gembira prestasi/usahanya untuk belajar
2. At Tamrin 'Alal 'Amali
Sejak kecil anak2 dilatih untuk beramal baik.. bertahap sesuai berkembangannya...
di usia sekian, anak belaajr makan sendiri...
di usia sekian, mulai belajar meletakkan piring makan selesai makan..
di usia sekian, mulai belajar mengambil nasi dan makanan sendiri...
di usia sekian mulai membantu mencuci piring2 makan..
di usia sekian, mulai mendapat penugasan di rumah..
dst
Intinya.. anak2 diberikan latihan agar tumbuh menjadi insan mandiri dan punya kemampuan beramal di usia yang seharusnya..
3. At - Taujihu
Taujih bermaksud arahan, tanggung jawab dan kewajiban orang tua utk mengarahkan anak2nya di saat2 dibutuhkan, dengan metode yang sesuai dengan tabiat dan watak anak, taujih tidak terus menerus setiap waktu.. harus pandai2 memilah situasi..
Co Ust Jalal:
Syauqi anak Abi dulu ingin masuk seni rupa.. banyak rekan2 terkejut, anak Ust ingin mengambil jurusan seni rupa.. lalu Abi tanya, kenapa mau ambil seni rupa?
Jawabannya ingin mengubah TV menjadi konten islam dan dakwah...
Lalu suatu hari Syauqi berhenti dari pekerjaannya di salah satu stasiun tv, Abi tanya kenapa berhenti?
Syauqi nenjawab.. karena lihat Abi istighfar terus kalau lihat film2 itu... 😌😌
Jadi, mengarahkan bisa dengan cara tidak langsung.. Menyesuaikan dengan kondisi anak, kalau cukup dengan begitu maka alhamdulillah cukup...
4. Menikahkan
Orangtua wajib menikahkan anaknya ketika anak meminta...
Pernikahan adalah penjagaan. Rasa keinginan menikah yang ditunda lebih kuat dibandingkan rasa lapar orang terhadap makanan...
Kesalahan yang banyak terjadi, anak2 sulit menikah karena harus begini begitu dulu.. harus kerja dulu.. dst...
Bahkan kalau seorang laki2 belum punya pekerjaan tapi ingin menikah, maka orangtua bertanggung jawab menanggung kebutuhan pernikahan dan keluarga anaknya..
Kenapa?
Karena ketika anaknya belum dapat mandiri di usia yang seharusnya,
adalah tanggung jawab orangtua :
KENAPA anaknya belum bisa mandiri di usia sekian? Apa yang telah dia lakukan selama mendidik anaknya sehingga anaknya seperti itu?
Co Ust Jalal:
Saya dulu menikah ketika masih di pesantren. Ayah saya yang menikahkan, dan istri Ust Jalal tinggal dan ditanggung oleh Ayah Ust Jalal sampai Ust Jalal selesai sekolah dan bekerja..
5. Infaq
Memberikan infaq yang cukup dan layak bagi anak2, sesuai dengan usia..
dan kalau anak memerlukan sesuatu, ia memiliki hak atas harta yg dipegang orangtua . Orangtua tidak boleh pelit terhadap kebutuhan yang memang hak anak seperti makanan, pendidikannya, dst...
Co Ust Jalal:
Saya biasa mengunjungi anak saya yang bungsu di pesantren minimal sebulan sekali kadang lebih sering.
setiap saya datang, saya selalu tanyakan: apakah kebutuhannya tercukupi, ada hutang atau tidak, ada keperluan tambahan atau tidak?
"tidak Bi.." jawab anak Ust Jalal... alhamdulillah tercukupi...
(catatan moderator: jumlah yang rekan2 anak Ust Jalal kirimkan mungkin byk yg lebih banyak.. bahkan seorang Kiyai yang mengetahui hal itu cukup terkejut... tp anak Ust Jalal alhamdulillah selalu cukup... Hal ini menjadi pembelajatan tersendiri buat kita, bagaimana agar mendidik anak yang mampu qanaah, pintar nengatur keuangan dan kebutuhan pribadi)
III. Abadiyah (Selamanya)
Sebagai orangtua, kita memiliki kewajiban yang akan terus berjalan hingga akhir hayat..
Ada banyak, tapi setidaknya minimal ada 5 poin:
1. Membentengi Anak dari setan
Makna setan adalah menjauhkan dari kebaikan dan mendekatkan dengan kejahatan.
Sejak kapan membentengi anak dai setan? Sejak sebelum punya anak
Maknanya, sejak proses "ikhtiar" memiliki anak...
Dalam ibadah suami istri, terdapat adab2 yang menjauhkan dari setan, salah satunya doa sebelum berhubungan
".. Allahumma Janibna Bis Syaithan.. wa janibisy Syaithani Maa Razaqtnaa.."
"Ya Allah jauhkan kami (dalam aktivitas ini) dari setan.. dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau rezekikan atas kami..."
Hal2 seperti ini sederhana tapi bermakna dan penting untuk melindungi anak2 dari setan...
Proses adzan dan iqamah pun adalah bagian menjauhkan dari syaithan ...
Termasuk juga, menjauhkannya dari setan manusia (lihat QS. Al-An'am: 112) ...
Setan manusia bisa lebih berbahaya dari setan golongan jin..
Setan golongan jin dapat diusir dengan doa...
tapi setan manusia harus dijauhkan, singkirkan, dengan sikap...
Tugas ini akan terus berlangsung meskipun anak sudah besar, menikah dsb..
2. At-Tarbiyah wa Ta'lim
QS. Luqman: 13 - 19.
Hal ini mencakup dua hal:
Tarbiyah : mencakup hati (ruhiyah)
Ta'lim: mencakup fikriyah (akal)
Dakwah yang paling utama adalah kepada keluarga. Dan dakwah kepada anak tidak berhenti meski anak telah menikah.
Co Ust Jalal:
Sekarang anak2 Ust Jalal telah bertebaran di mana2.. ada juga yang tinggal di Australia.. sehingga terbatas dengan jarak.. Ust Jalal tetap melakukan sebisanya, dengan mengirimkan hadist setiap hari melalui grup WA beliau dan anak2nya..
Apa saja yang termasuk dalam bab Tarbiyah wa Ta'lim?
Ada banyak, setidaknya ada 7 ini:
1. Imaniyah
Termasuk di dalamnya bab2 terkait Sifat orang beriman, jalan menuju iman, tanda orang beriman dst (perlu satu pertemuan sendiri utk menjelaskan masing2 aspek)
2. Khuluqiyah (Akhlak)
a. Syakhsiyah (kepribadian)
Anak2 harus dididik.utk memiliki kepribadian yang:
Ikhlas Syukur Sabar Qanaah Tawakkal Tsabat (teguh) Tawadhu Hilm (penyayang) dsb
b. Hak dan Kewajiban
- kepada ortu
- suami dan istri
- kepada anak
- kepada guru
- kepada murid
- kepada tetangga
- kepada sesama muslin
- kepada org kafir
- kepada makhluk lain
- dst
3. Aqliyah (Akal)
4. Ijtima'iyah (Etika Sosial Kemasyrakatan)
sebagian contoh saja:
- adab makan minum
- adab bepergian
- adab bersahabat
- adab bermajelis
- adab buang hajat
- adab tidur
- adab bertamu
- adab bercanda
- dst
5. Nafsiyah (fisik)
6. Ruhiyah (hati)
7. Jinsiyah (seksual)
Kapan mulai mempraktekkan Tarbiyah wa Ta'lim?
Intinya, sebelum wajib, tidak boleh dipaksa..Tapi metode pendidikannya bisa disesuaikan dengan anak.. apakah melalui pembiasaan atau yg lainnya..bisa dicek di buku Tarbiyatul Aulad dari Syaikh Abdullah Nasih 'Ulwan..
Co Ust:
Abi tidak memaksakan anak2 perempuan yg belum baligh utk berjilbab.. Nati, dari keinginan pribadi mau pakai jilbab kelas 1 SD, padahal teman kelasnya tidak ada yg pakai jilbab zaman itu...
Lana, mau pakai jilbab sendiri kelas 5 SD... tidak terlambat juga..
Contoh lain:
Berkaitan dengan Shalat.. sudah jelas bahwa anak diperintahkan shalat usia 7 tahun.. artinya, sebelum usia tersebut orabgtua sudah harus menpersiapkan segala sesuatunya:
- harus benar bacaannya
- sudah bisa membaca Al Quran
- mengerti ttg menutup aurat
- mengeti suci (bagi laki2 sudah khitan)
- dsb intinya mempersiapkan anak utk dapat shalat dengan benar di usia 7 thn...
3. Rahmah
Orangtua harus menyayangi anaknya.. termasuk anak yang nakal...
Kalau ada rasa benci kepada seorang anak karena kenakalannya, ubah cara pandang dengan Rahmah.. "kasihan anakku, bagaimana cara mencari solusinya"
Dalam beberapa kasus, byk pelaku prostitusi yang mengaku bahwa ia tidak lagi memiliki tempat kembali kepada orangtuanya.. karwna ketika ia ingin berubah, orangtuanya sudah tidak mau meberimanya lagi, jadi ia semakin tersudut dan memilih kembali lagi...
Perhatikan Kaidah Ushul Fiqihnya:
Tutuplah rapat2 celah berbuat nakal,
tapi kalau sudah terjadi(kemaksiatan) rangkullah ia agar ia punya tempat kembali dan ingin kembali ke jalan yang benar
4. Al Inayah
Bermakna mengayomi.
Salah satu sikap mengayomi adalah menunjukkan sikap siap membantu tanpa pamrih..
Perlu diingat baik2.. orangtua jangan pernah mengharap pamrih anak2... (amalan harus ikhlas karena Allah)...
Banyak orangtua mengharap kepada anaknya yg telah bekerja dsb...
Co Ust Jalal:
"Abi tidak pernah sekalipun bertanya kepada anak2 Abi seorang pun berapa penghasilan mereka, bahkan termasuk yg skrg di Australia"
"Abi menjaga jaga (baca: wara) jangan sampai terbersit perasaan tidak enak pada anak2"
"tapi alhamdulillah.. Abi tidak pernah minta, anak2 yang skrg mengurua segala macam.keperluan termasuk sekolah adiknya yang paling bungsu"
Allah menyampaikan perkara ini secara umum di QS. Thaha: 131...
Ikhlaskan saja mendidik anak, mengayomi dan membantu anak, tanpa.mengharap pamrih darinya...
5. Adil
Orangtua wajib berbuat adil.
Mengambil pemaknaan adil dalam masalah poligami (QS. 4: 3), maka adil dalam hal ini adalah adil terhadap hal yang zhahir... sementara di dalam hati, mungkin saja akan muncul kecenderungan di dalam hati lebih sayang kepada salah satu (QS. 4: 129)... tidak mengapa, asal jangan ditunjukkan perasaan tersebut dlm perbuatan...
Apa contoh dari hasil keadilan Rasulullah SAW?
Dalam salah satu kasus, bagaimana Rasulullah sangat berlaku adil pada para Sahabat2nya.. semua yang berada di dekat Rasulullah SAW selalu merasa dialah yang paling istimewa...
- Abu Bakar Ash-Shidq merasa di anakemaskan karena ia adlaah Sahabat, mertua, dan peneman Rasulullah SAW dalam hijrah...
- Umar Ibnu Khattab, merasa dianak emaskan karena ia adalah Sahabat, yang didoakan oelh Rasulullah sebelum masuk Islam, dan mertua Rasulullah SAW
- Utsman oun meeasa dianak emaskan, karwna selain Sahabat, beliau menikahi 2 putri Rasulullah SAW (catatan moderator: tidak sekaligus, setelah yang istri pertama wafat, Utsman menikah lagi dengan putri Rasulullah SAW)
Begitulah Rasulullah SAW bersikap adil dan mengistimewakan semua pihak..
Bagaimana dengan kita?
Jangan2 semua merasa dianaktirikan? (Ust Jalal sambil tertawa kecil)
Allahualam Bishawab.
Sangat mungkin banyak kekurangan, jika ada kesalahan mohon hubungi secara langsung untuk dikoreksi (dalam konteks ini bisa menghubungi admin).
Narasumber: Ust. Jalaludin Asy-Syatibi, Salah satu pembina IKADI Jawa Barat, Narasumber reguler MQ FM dan MQ TV.
Olah Bahasa: Supriatna, Karina Hakman
file pdf bisa di download disini :)
II. Muaqqotan (Sementara/Sesuai keperluan)
1. Menyambut Gembira
Tanggung Jawab dan Kewajiban orangtua untuk menyambut gembira setiap anak yang lahir, apakah dia laki2 dan perempuan, apapun warna kulit, dsb (dikaitkan lagi dengan hakikat anak sebagai busyra yakni kabar gembira).
Termasuk dalam situasi2 semasa hidupnya, dalam prestasinya, amal2 kebaikannya, dsb.Tolak ukur kebaikan adalah yang sesuai dengan kebaikan dalam Islam.
Co Ust Jalal:
Bagi Abi nilai kebaikan terpenting dalam proses belajar adalah anak berusaha belajar.. hasil mah urusan Allah... anak2 tidak harus rangking.. alhamdulillah sekarang semuanya dalam keadaan baik2, semuanya penghafal Al Quran (cat: anak beliau ada 7), maka kita menyambut gembira prestasi/usahanya untuk belajar
2. At Tamrin 'Alal 'Amali
Sejak kecil anak2 dilatih untuk beramal baik.. bertahap sesuai berkembangannya...
di usia sekian, anak belaajr makan sendiri...
di usia sekian, mulai belajar meletakkan piring makan selesai makan..
di usia sekian, mulai belajar mengambil nasi dan makanan sendiri...
di usia sekian mulai membantu mencuci piring2 makan..
di usia sekian, mulai mendapat penugasan di rumah..
dst
Intinya.. anak2 diberikan latihan agar tumbuh menjadi insan mandiri dan punya kemampuan beramal di usia yang seharusnya..
3. At - Taujihu
Taujih bermaksud arahan, tanggung jawab dan kewajiban orang tua utk mengarahkan anak2nya di saat2 dibutuhkan, dengan metode yang sesuai dengan tabiat dan watak anak, taujih tidak terus menerus setiap waktu.. harus pandai2 memilah situasi..
Co Ust Jalal:
Syauqi anak Abi dulu ingin masuk seni rupa.. banyak rekan2 terkejut, anak Ust ingin mengambil jurusan seni rupa.. lalu Abi tanya, kenapa mau ambil seni rupa?
Jawabannya ingin mengubah TV menjadi konten islam dan dakwah...
Lalu suatu hari Syauqi berhenti dari pekerjaannya di salah satu stasiun tv, Abi tanya kenapa berhenti?
Syauqi nenjawab.. karena lihat Abi istighfar terus kalau lihat film2 itu... 😌😌
Jadi, mengarahkan bisa dengan cara tidak langsung.. Menyesuaikan dengan kondisi anak, kalau cukup dengan begitu maka alhamdulillah cukup...
4. Menikahkan
Orangtua wajib menikahkan anaknya ketika anak meminta...
Pernikahan adalah penjagaan. Rasa keinginan menikah yang ditunda lebih kuat dibandingkan rasa lapar orang terhadap makanan...
Kesalahan yang banyak terjadi, anak2 sulit menikah karena harus begini begitu dulu.. harus kerja dulu.. dst...
Bahkan kalau seorang laki2 belum punya pekerjaan tapi ingin menikah, maka orangtua bertanggung jawab menanggung kebutuhan pernikahan dan keluarga anaknya..
Kenapa?
Karena ketika anaknya belum dapat mandiri di usia yang seharusnya,
adalah tanggung jawab orangtua :
KENAPA anaknya belum bisa mandiri di usia sekian? Apa yang telah dia lakukan selama mendidik anaknya sehingga anaknya seperti itu?
Co Ust Jalal:
Saya dulu menikah ketika masih di pesantren. Ayah saya yang menikahkan, dan istri Ust Jalal tinggal dan ditanggung oleh Ayah Ust Jalal sampai Ust Jalal selesai sekolah dan bekerja..
5. Infaq
Memberikan infaq yang cukup dan layak bagi anak2, sesuai dengan usia..
dan kalau anak memerlukan sesuatu, ia memiliki hak atas harta yg dipegang orangtua . Orangtua tidak boleh pelit terhadap kebutuhan yang memang hak anak seperti makanan, pendidikannya, dst...
Co Ust Jalal:
Saya biasa mengunjungi anak saya yang bungsu di pesantren minimal sebulan sekali kadang lebih sering.
setiap saya datang, saya selalu tanyakan: apakah kebutuhannya tercukupi, ada hutang atau tidak, ada keperluan tambahan atau tidak?
"tidak Bi.." jawab anak Ust Jalal... alhamdulillah tercukupi...
(catatan moderator: jumlah yang rekan2 anak Ust Jalal kirimkan mungkin byk yg lebih banyak.. bahkan seorang Kiyai yang mengetahui hal itu cukup terkejut... tp anak Ust Jalal alhamdulillah selalu cukup... Hal ini menjadi pembelajatan tersendiri buat kita, bagaimana agar mendidik anak yang mampu qanaah, pintar nengatur keuangan dan kebutuhan pribadi)
III. Abadiyah (Selamanya)
Sebagai orangtua, kita memiliki kewajiban yang akan terus berjalan hingga akhir hayat..
Ada banyak, tapi setidaknya minimal ada 5 poin:
1. Membentengi Anak dari setan
Makna setan adalah menjauhkan dari kebaikan dan mendekatkan dengan kejahatan.
Sejak kapan membentengi anak dai setan? Sejak sebelum punya anak
Maknanya, sejak proses "ikhtiar" memiliki anak...
Dalam ibadah suami istri, terdapat adab2 yang menjauhkan dari setan, salah satunya doa sebelum berhubungan
".. Allahumma Janibna Bis Syaithan.. wa janibisy Syaithani Maa Razaqtnaa.."
"Ya Allah jauhkan kami (dalam aktivitas ini) dari setan.. dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau rezekikan atas kami..."
Hal2 seperti ini sederhana tapi bermakna dan penting untuk melindungi anak2 dari setan...
Proses adzan dan iqamah pun adalah bagian menjauhkan dari syaithan ...
Termasuk juga, menjauhkannya dari setan manusia (lihat QS. Al-An'am: 112) ...
Setan manusia bisa lebih berbahaya dari setan golongan jin..
Setan golongan jin dapat diusir dengan doa...
tapi setan manusia harus dijauhkan, singkirkan, dengan sikap...
Tugas ini akan terus berlangsung meskipun anak sudah besar, menikah dsb..
2. At-Tarbiyah wa Ta'lim
QS. Luqman: 13 - 19.
Hal ini mencakup dua hal:
Tarbiyah : mencakup hati (ruhiyah)
Ta'lim: mencakup fikriyah (akal)
Dakwah yang paling utama adalah kepada keluarga. Dan dakwah kepada anak tidak berhenti meski anak telah menikah.
Co Ust Jalal:
Sekarang anak2 Ust Jalal telah bertebaran di mana2.. ada juga yang tinggal di Australia.. sehingga terbatas dengan jarak.. Ust Jalal tetap melakukan sebisanya, dengan mengirimkan hadist setiap hari melalui grup WA beliau dan anak2nya..
Apa saja yang termasuk dalam bab Tarbiyah wa Ta'lim?
Ada banyak, setidaknya ada 7 ini:
1. Imaniyah
Termasuk di dalamnya bab2 terkait Sifat orang beriman, jalan menuju iman, tanda orang beriman dst (perlu satu pertemuan sendiri utk menjelaskan masing2 aspek)
2. Khuluqiyah (Akhlak)
a. Syakhsiyah (kepribadian)
Anak2 harus dididik.utk memiliki kepribadian yang:
Ikhlas Syukur Sabar Qanaah Tawakkal Tsabat (teguh) Tawadhu Hilm (penyayang) dsb
b. Hak dan Kewajiban
- kepada ortu
- suami dan istri
- kepada anak
- kepada guru
- kepada murid
- kepada tetangga
- kepada sesama muslin
- kepada org kafir
- kepada makhluk lain
- dst
3. Aqliyah (Akal)
4. Ijtima'iyah (Etika Sosial Kemasyrakatan)
sebagian contoh saja:
- adab makan minum
- adab bepergian
- adab bersahabat
- adab bermajelis
- adab buang hajat
- adab tidur
- adab bertamu
- adab bercanda
- dst
5. Nafsiyah (fisik)
6. Ruhiyah (hati)
7. Jinsiyah (seksual)
Kapan mulai mempraktekkan Tarbiyah wa Ta'lim?
Intinya, sebelum wajib, tidak boleh dipaksa..Tapi metode pendidikannya bisa disesuaikan dengan anak.. apakah melalui pembiasaan atau yg lainnya..bisa dicek di buku Tarbiyatul Aulad dari Syaikh Abdullah Nasih 'Ulwan..
Co Ust:
Abi tidak memaksakan anak2 perempuan yg belum baligh utk berjilbab.. Nati, dari keinginan pribadi mau pakai jilbab kelas 1 SD, padahal teman kelasnya tidak ada yg pakai jilbab zaman itu...
Lana, mau pakai jilbab sendiri kelas 5 SD... tidak terlambat juga..
Contoh lain:
Berkaitan dengan Shalat.. sudah jelas bahwa anak diperintahkan shalat usia 7 tahun.. artinya, sebelum usia tersebut orabgtua sudah harus menpersiapkan segala sesuatunya:
- harus benar bacaannya
- sudah bisa membaca Al Quran
- mengerti ttg menutup aurat
- mengeti suci (bagi laki2 sudah khitan)
- dsb intinya mempersiapkan anak utk dapat shalat dengan benar di usia 7 thn...
3. Rahmah
Orangtua harus menyayangi anaknya.. termasuk anak yang nakal...
Kalau ada rasa benci kepada seorang anak karena kenakalannya, ubah cara pandang dengan Rahmah.. "kasihan anakku, bagaimana cara mencari solusinya"
Dalam beberapa kasus, byk pelaku prostitusi yang mengaku bahwa ia tidak lagi memiliki tempat kembali kepada orangtuanya.. karwna ketika ia ingin berubah, orangtuanya sudah tidak mau meberimanya lagi, jadi ia semakin tersudut dan memilih kembali lagi...
Perhatikan Kaidah Ushul Fiqihnya:
Tutuplah rapat2 celah berbuat nakal,
tapi kalau sudah terjadi(kemaksiatan) rangkullah ia agar ia punya tempat kembali dan ingin kembali ke jalan yang benar
4. Al Inayah
Bermakna mengayomi.
Salah satu sikap mengayomi adalah menunjukkan sikap siap membantu tanpa pamrih..
Perlu diingat baik2.. orangtua jangan pernah mengharap pamrih anak2... (amalan harus ikhlas karena Allah)...
Banyak orangtua mengharap kepada anaknya yg telah bekerja dsb...
Co Ust Jalal:
"Abi tidak pernah sekalipun bertanya kepada anak2 Abi seorang pun berapa penghasilan mereka, bahkan termasuk yg skrg di Australia"
"Abi menjaga jaga (baca: wara) jangan sampai terbersit perasaan tidak enak pada anak2"
"tapi alhamdulillah.. Abi tidak pernah minta, anak2 yang skrg mengurua segala macam.keperluan termasuk sekolah adiknya yang paling bungsu"
Allah menyampaikan perkara ini secara umum di QS. Thaha: 131...
Ikhlaskan saja mendidik anak, mengayomi dan membantu anak, tanpa.mengharap pamrih darinya...
5. Adil
Orangtua wajib berbuat adil.
Mengambil pemaknaan adil dalam masalah poligami (QS. 4: 3), maka adil dalam hal ini adalah adil terhadap hal yang zhahir... sementara di dalam hati, mungkin saja akan muncul kecenderungan di dalam hati lebih sayang kepada salah satu (QS. 4: 129)... tidak mengapa, asal jangan ditunjukkan perasaan tersebut dlm perbuatan...
Apa contoh dari hasil keadilan Rasulullah SAW?
Dalam salah satu kasus, bagaimana Rasulullah sangat berlaku adil pada para Sahabat2nya.. semua yang berada di dekat Rasulullah SAW selalu merasa dialah yang paling istimewa...
- Abu Bakar Ash-Shidq merasa di anakemaskan karena ia adlaah Sahabat, mertua, dan peneman Rasulullah SAW dalam hijrah...
- Umar Ibnu Khattab, merasa dianak emaskan karena ia adalah Sahabat, yang didoakan oelh Rasulullah sebelum masuk Islam, dan mertua Rasulullah SAW
- Utsman oun meeasa dianak emaskan, karwna selain Sahabat, beliau menikahi 2 putri Rasulullah SAW (catatan moderator: tidak sekaligus, setelah yang istri pertama wafat, Utsman menikah lagi dengan putri Rasulullah SAW)
Begitulah Rasulullah SAW bersikap adil dan mengistimewakan semua pihak..
Bagaimana dengan kita?
Jangan2 semua merasa dianaktirikan? (Ust Jalal sambil tertawa kecil)
Allahualam Bishawab.
Sangat mungkin banyak kekurangan, jika ada kesalahan mohon hubungi secara langsung untuk dikoreksi (dalam konteks ini bisa menghubungi admin).
Narasumber: Ust. Jalaludin Asy-Syatibi, Salah satu pembina IKADI Jawa Barat, Narasumber reguler MQ FM dan MQ TV.
Olah Bahasa: Supriatna, Karina Hakman
file pdf bisa di download disini :)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar